MENGHITUNG KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
DENGAN METODE KUADRAT
A.
Tujuan
Menentukan indeks nilai penting vegetasi dan indeks
keanekaragaman vegetasi (rumput)
B.
Landasan Teori
Dalam
ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Metodologi-metodologi yang umum
dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode
kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam
praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan
metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode
kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Bentuk
petak contoh sangat penting dalam memudahkan penempatan petak contoh dan
efisiensi sampling. Ada tiga bentuk petak contoh yaitu : lingkaran, bujur
sangkar dan empat persegi panjang.
Menurut
(Loetsch, Zohrer, and Haller (1973) kelebihan petak contoh lingkaran umumnya
lebih mudah dibuat dibandingkan bentuk lain, karena dalam pembuatannya yang
diperlukan hanya titik pusat petak dan jarij ari lingkaran, selain itu relatif
lebih mudah dalam mengatur pohon batas (borderline tree).
Bentuk
lingkaran mempunyai ketelitian yang cukup tinggi dalam proses pembuatannya.
Disamping itu juga, petak bentuk lingkaran akan praktis kalau digunakan untuk
komunitas yang relatif seragam, seperti pada hutan tanaman, komunitas
rumput/herba dan semak belukar.
Bentuk
petak ukur empat persegi panjang atau bujur sangkar mengundang peluang untuk
terjadinya bias, karena pembuatan sudut yang benar-benar tegak lurus di
lapangan tidak mudah.
Demikian
pula terjadinya error karena pohon tepi pada kedua macam bentuk petak
ukur itu ternyata cukup besar (Kadri, Soerjono, dan Perbatasari, 1992).
Walaupun begitu, menurut Siswantoro et.al (2003) petak contoh berbentuk persegi
panjang akan lebih efisien dari pada petak berbentuk bujur sangkar dalam jumlah
dan luasan yang sama, bila sumbu panjang petak sejajar perubahan gradient
lingkaran.
Kelimpahan
setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu
persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan
frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael,
1994).
Sistem Analisis
dengan metode kuadrat
Kerapatan,
ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasijenis tumbuhan di dalam
area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh
populasi jenis tumbuhan. untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara
perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas
kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964).
Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan
dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area
sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990)..
Keragaman
spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari
seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai
indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai
penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif
dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan
relatif, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan
diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga
relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang
didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh
jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun
berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar
dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana,
1990).
Setelah
melakukan pengukuran luas minimum petak untuk menghitung keanekaragaman
tumbuhan (rumput), maka dilanjutkan dengan penggunaan petak. Menghitung
keanekaragaman rumputan digunakan luas kurva minimum yang direkomendasikan
adalah 1 m2, maka praktikum kali ini digunakan petak 1 m2.
C. Alat dan Bahan
1. Petak kuadrat
2. Alat tulis
3.
Catatan
D. Prosedur Percobaan
1. Menentukan daerah yang
akan diuji keanekaragaman vegetasinya.
2. Melemparkan petak
kuadrat sembarang.
3. Mengidentifikasi jenis tumbuhan
tiap kotak pada peta kuadrat dan mencatat hasilnya.
4. Mengulangi kegiatan 2
dan 3, sampai 3 kali. 5. Menghitung indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman.
E. Hasil Pengamatan
Kode Tumbuhan
|
Plot I
|
Plot II
|
Plot III
|
Jumlah per spesies
|
Rata-rata per spesies
|
A
|
125
|
103
|
0
|
228
|
76.00
|
B
|
292
|
143
|
73
|
508
|
169.33
|
C
|
144
|
4
|
18
|
166
|
55.33
|
D
|
16
|
66
|
0
|
82
|
27.33
|
E
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0.33
|
F
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0.33
|
G
|
1
|
0
|
4
|
5
|
1.67
|
H
|
6
|
6
|
0
|
12
|
4.00
|
I
|
2
|
0
|
0
|
2
|
0.67
|
J
|
2
|
2
|
48
|
175
|
17.33
|
K
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0.33
|
L
|
0
|
0
|
280
|
280
|
93.33
|
M
|
0
|
0
|
11
|
11
|
3.67
|
N
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0.33
|
Jumlah per Plot
|
590
|
324
|
436
|
Total individu : 1350
|
|
Rata-rata per Plot
|
42
|
23
|
31
|
Perhitungan
indeks vegetasi Shannon-Weaver
S
Hs = - ∑
pi ln pi
I = 1
Keterangan:
S = Jumlah spesies total dalam sampel
p = proporsi spesies ke I dalam komunitas
sama dengan (ni/N) ; p berkisar dari 0,0 sampai 1
N =
Jumlah total individu dalam populasi
Ni =
jumlah individu dari spesies ke I
|
||||||
Kode Tumbuhan
|
Jumlah rata-rata individu
|
Proporsi spesies ke i
|
ln (pi)
|
pi * ln(pi)
|
||
A
|
76
|
0.17
|
-1.78
|
-0.30
|
||
B
|
169.33
|
0.38
|
-0.98
|
-0.37
|
||
C
|
55.33
|
0.12
|
-2.10
|
-0.26
|
||
D
|
27.33
|
0.06
|
-2.80
|
-0.17
|
||
E
|
0.33
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
||
F
|
0.33
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
||
G
|
1.67
|
0.00
|
-5.60
|
-0.02
|
||
H
|
4
|
0.01
|
-4.72
|
-0.04
|
||
I
|
0.67
|
0.00
|
-6.51
|
-0.01
|
||
J
|
17.33
|
0.04
|
-3.26
|
-0.13
|
||
K
|
0.33
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
||
L
|
93.33
|
0.21
|
-1.57
|
-0.33
|
||
M
|
3.67
|
0.01
|
-4.81
|
-0.04
|
||
N
|
0.33
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
||
449.98
|
1
|
-1.66
|
x -1
|
|||
Hs =
|
1.66
|
Perhitungan Indeks Nilai Penting
Kerapatan
spesies (D) = Jumlah individu spesies A/ Ukuran plot sampel
Kerapatan
relatif (DR) = Kerapatan spesies A/ Kerapatan spesies total
Frekuensi
spesies (F) = Jumlah plot spesies A ditemukan/ Jumlah total plot
Frekuensi
relatif (FR) = Frekuensi spesies A/ Frekuensi total spesies
Dominansi
spesies (Do) = Luas bidang dasar spesies A/Ukuran tajuk
Dominansi
relatif (DoR) = Dominansi spesies A/ Dominansi total spesies x 100 %
Indeks
nilai penting = DR +FR+ DoR
= DR + FR (untuk tumbuhan bawah)
Kode Spesies
|
∑ plot
|
∑ individu
|
D
|
DR
|
F
|
FR
|
LBD
|
Do
|
DoR
|
NP (%)
|
A
|
2
|
76
|
76
|
0.17
|
0.67
|
0.08
|
1.76
|
1.76
|
18.41
|
0.25
|
B
|
3
|
169.33
|
169.33
|
0.38
|
1.00
|
0.12
|
2.76
|
2.76
|
28.87
|
0.5
|
C
|
3
|
55.33
|
55.33
|
0.12
|
1.00
|
0.12
|
1.24
|
1.24
|
12.97
|
0.24
|
D
|
2
|
27.33
|
27.33
|
0.06
|
0.67
|
0.08
|
1.08
|
1.08
|
11.30
|
0.14
|
E
|
1
|
0.33
|
0.33
|
0.00
|
0.33
|
0.04
|
0.04
|
0.04
|
0.42
|
0.04
|
F
|
1
|
0.33
|
0.33
|
0.00
|
0.33
|
0.04
|
0.04
|
0.04
|
0.42
|
0.04
|
G
|
2
|
1.67
|
1.67
|
0.00
|
0.67
|
0.08
|
0.12
|
0.12
|
1.26
|
0.08
|
H
|
2
|
4
|
4
|
0.01
|
0.67
|
0.08
|
0.2
|
0.2
|
2.09
|
0.09
|
I
|
2
|
0.67
|
0.67
|
0.00
|
0.67
|
0.08
|
0.04
|
0.04
|
0.42
|
0.08
|
J
|
3
|
17.33
|
17.33
|
0.04
|
1.00
|
0.12
|
1.12
|
1.12
|
11.72
|
0.16
|
K
|
1
|
0.33
|
0.33
|
0.00
|
0.33
|
0.04
|
0
|
0
|
0.00
|
0.04
|
L
|
1
|
93.33
|
93.33
|
0.21
|
0.33
|
0.04
|
1
|
1
|
10.46
|
0.25
|
M
|
1
|
3.67
|
3.67
|
0.01
|
0.33
|
0.04
|
0.12
|
0.12
|
1.26
|
0.05
|
N
|
1
|
0.33
|
0.33
|
0.00
|
0.33
|
0.04
|
0.04
|
0.04
|
0.42
|
0.04
|
Jumlah
|
Total plot = 3
|
1
|
1
|
0.17
|
8.33
|
9.56
|
9.56
|
A. Pembahasan
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diketahi bahwa
masing-masing petak pada 3 plot yang berbeda menunjukkan keragaman vegetasi.
Namun demikian pada setiap petak dan plot, ada spesies yang mendominasi.
Dari perhitungan yang dilakukan, indeks keragaman
(Shannon-Weaver) menunjukkan angka 1.66 yang berarti keanekaragaman vegetasinya stabil
karena lebih dari 1.
Dari nilai penting dapat diketahui bahwa
spesies yang lebih mendominasi adalah Jukut Pait (Paspalum
conjugatum) dimana nilai
pentingnya adalah 0,50. Sedangkan tanaman yang nilai pentingnya paling kecil
adalah tanaman E, F, K dan N dengan nilai 0,04.
Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman yang terdapat di
lokasi percobaan cukup tinggi meski kelimpahannya tidak sama dan tidak merata.
B.
Kesimpulan
Penggunaan metode kuadrat dalam analisis vegetasi
memberikan informasi mengenai kelimpahan dan keseragaman populasi dalam suatu
ekosistem.
Dalam penghitungan melibatkan indeks diversitas
Shannon dan nilai penting dari hasil perjumlahan beberapa komponen.
C.
Daftar Pustaka
Anonim. Pengukuran
Biodiversitas. [online]
Tersedia: http://itswrong.webs.com/ukur_bio.pdf
Ayun. 2012. Metode
Analisis Vegetasi (Metode Kuadrat). [online]
Wirakusumah, Sambas. 2003.
Dasar-Dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta. UI-Press
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuscara menhitun rata rata per espesiesnya bagaimana.....?
BalasHapus